- Nilai Osmosis Berbagai Tumbuhan
Makin
jauh dari tanah, sel-sel itu makin tinggi nilai osmosisnya, sehingga sel-sel
daunlah yang paling tinggi nilai osmosisnya. Nilai osmosis suatu tanaman itu
tidak konstan, pada waktu banyak air di dalam tanah, misalnya dalam musim
penghujan, banyak tanaman darat mempunyai nilai osmosis yang lebih rendah
daripada waktu musim kering. Daun-daun yang kena sinar matahari secara
langsung, nilai osmosisnya lebih tinggi daripada daun-daun yang tidak mendapat
sinar matahari secara langsung.
Untuk memperoleh gambaran tentang
hubungan antara kebasahan tanah, nilai osmosis sel-sel akar dan daun, Hibbard
dan Harrington menyajikan data sebagai berikut.
- Pengaruh kebasahan tanah terhadap nilai osmosis tanaman jagung
Persenan air
yang terkandung Nilai osmosis Nilai osmosis
di dalam tanah akar pucuk
31 5,91 atm 22,06
atm
23 7,23 atm 23,08
atm
16 7,79 atm 24,36
atm
14 9,24 atm 25,04
atm
13 ,34 atm 25,47
atm
11 11,98 atm 26,43 atm
- Imbibisi
Peristiwa migrasi molekul-molekul
air ke suatu zat lain yang berlubang-lubang (pori) cukup besar untuk melewatkan
molekul-molekul air dan kemudian molekul-molekul air itu menetap di dalam zat
tersebut. Peristiwa ini kita sebut imbibisi;
perkataan ini berasal dari kata Latin imbibere
yang berarti menyelundup. Air yang menyelundup disebut air imbibisi, sedang zat yang kemasukan (keselundupan) air itu
disebut imbiban. Secara singkatnya
imbibisi ialah menyelundupnya dan kemudian menetapnya molekul-molekul air di
dalam imbiban.
Contoh peristiwa ini adalah saat
kita merendam biji kacang yang kering di dalam air murni, maka selang beberapa
lama (+ 6 jam atau lebih), biji kacang itu tampak menggembung seolah-olah akan
pecah. Selama ada di dalam air, biji tersebut kemasukan molekul-molekul air
sekian banyaknya sampai tercapai suatu keadaan “kenyang”, tidak menaruh
kekurangan atau defisit akan air lagi.
Dengan contoh di atas, kita dapat
mengetahui adanya pengembangan (bertambahnya volume) dari imbiban sebagai
akibat dari imbibisi. Karena molekul-molekul air yang masuk dan kemudian
menetap di dalam imbiban itu tersusun secara berjejal-jejal mengelilingi
misel-misel imbiban (akibat adsorpsi), maka air yang ada di dalam imbiban itu
lebih padat daripada susunan air yang ada di luar imbiban, yang disebut air
bebas. Dengan demikian maka volume air ditambah volume biji kacang lebih besar
daripada volume biji kacang yang sudah kemasukan air atau:
Volume
biji + Volume air > Volume (biji + air)
- Pengaruh temperatur pada imbibisi
Seperti halnya dengan difusi dan
osmosis, maka imbibisi pun terpengaruh oleh temperatur. Kenaikan temperatur
menambah giatnya difusi, osmosis maupun imbibisi. Pada proses imbibisi itu
ditimbulkan panas. Hal ini dapat diterangkan dan dipahami, jika kita mengingat
adanya keributan masuknya molekul-molekul air serta tersusunnya secara
berjejal-jejal di dalam imbiban, dimana molekul-molekul air kehilangan sebagian
dari energi kinetisnya; energi kinetis berubah menjadi panas.
- Hubungan antara tekanan imbibisi, tekanan osmosis, tekanan torgor
Biji
kacang yang kering itu mempunyai defisit tekanan difusi sebesar 1000 atm.
Defisit tekanan difusi akan berkurang, jika biji kacang mulai kemasukan air.
Kalau air tak dapat masuk lagi karena keadaan seimbang telah tercapai, maka
D.T.D. (defisit tekanan difusi), itu sama dengan nol. Akan tetapi nilai osmosis
tetap tidak akan menjadi nol.
Kalau
biji kacang yang mengembang karena imbibisi itu tidak mendapat rintangan dari
sekelilingnya, sehingga perkembangan dapat berlangsung bebas, maka pengembangan
volume biji kacang itu tidak menghasilkan tekanan turgornya sama sekali;dengan
kata lain, tekanan turgornya sama dengan 0 (nol). Sebaliknya, kalau imbiban
yang meresap air itu mendapat rintangan untuk mengembang bayangkan suatu biji
yang terjepit di sela-sela gumpalan tanah, maka timbullah desakan atau tekanan
kepada perintang, sehingga tekanan imbibisi sekarang terlaksana sebagai tekanan
turgor.
Kalau
kita simpulkan hubungan antara besaran-besaran tersebut, kita perolelah
pernyataan :
D.T.D.= T.I –T.T.
Dari
perumusan ini dapat kita tarik kesimpulan
1.
Jika
tak ada perintang, maka T.T. = 0 dan ini berarti D.T.D.=T.I. Keadaan ini
dialami oleh suatu imbiban yang kita rendam di dalam air murni. Setelah
tercapai keadaan seimbang, maka D.T.D. =T.I dan keduanya sama dengan nol. Juga
kalau kita masukkan suatu imbiban
ke dalam suatu larutan yang nilai osmosisnya
10 atmosfer, maka setelah terjadi keseimbangan, D.T.D.=T.I. pula, akan tetapi
keduanya bukan nol., melainkan 10 atmosfer.
2.
Jika
suatu imbiban yang mempunyai T.I. 100 atm kita bungkus dengan suatu selubung
yang kaku dan permeabel untuk air, kemudian imbiban yang terbungkus itu kita
masukan ke dalam air murni, maka setelah keadaan seimbang tercapai, D.T.D.
menjadi nol. Dengan demikian, maka tekanan turgor sama dengan 100 atmosfer,
sebab 0 = T.I. – T.T. jika imbiban yang terbungkus di dalam selubung kaku dan
yang pada awalnya mempunyai T.I. 100 atm itu
masukkan dalam suatu larutan yang nilai osmosisnya 25 atm, maka setelah
terjadi keseimbangan, D.T.D. = 25 atmosfer: ini berarti, bahwa T.T. = 75 atm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar